Selasa, 25 September 2012

Peradapan Islam Di Indonesia

 

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan indonesia dengan berbagai daerah di daratan asia tenggara.[1] Wilayah barat nusantara dan di sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara china dan india. Sementara itu, pala dan cengkeh yang bersal dari maluku, di pasarkan di jawa dan sumatera, untuk kemudian dijual pada pedagang asing. Pelabuha-pelabuhan penting di sumatera dan jawa, antara abad ke-1 dan abad ke-7M sering di singgahi pedagang asing seperti LAMURI (Aceh), barus dan palembang di sumatera; sunda kelapa dan gresik di jawa[2]

Pedagang-pedagang muslim asal arab, persia, dan india juga ada yang sampai ke kepulauan indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7M (abad 1 H), ketika islam pertama kali berkembang di timur tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkn portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran melalui malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok nusantara dibawa ke cina dan india, terutama Gujarat, yang melakukan hubungan dagangan langsung dengan malaka pada waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama disebelah utara menuju teluk oman, melalui selat ormuz, ke teluk persia. Jalan kedua melalui teluk Aden dan Laut Merah, dan dari kota suez jalan perdagangan harus melalui daratan kapal arab, persia dan india mondar-mandir dari barat ke timur dan terus ke negeri china dengan emnggunakan angi musim untuk pelayaran pulang perginya.[3]

Ada indikasi bahwa kapal-kapal china pun mengikuti jalur tesebut sesudah abad ke-9M, tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai barat india, karena barang-barang yang diperlukan sudah bisa di dapat disini. Kapal-kapal indonesia mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada zaman sriwijaya pedagang-pedagang senusantara mengunjungi pelabuhan-pelabuhan china dan pantai timur afrika.

Menurut J.C. van leur berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat di perkirakan bahwa sejak 674M ada koloni-koloni arab di barat laut sumatera yaitu di barus, daerah penghasil kapur barus terkenal.[4] Dari berita chinabisa diketahui bahwa dimasa dinasti tang (abad9-10) orang-orang ta-shih sudah ada di kanton (khan-fo) dan sumatera. Ta-shih adlah sebutan untuk orang-orang arab dan persia, yang ketika itu jelas sudah menjadi muslim. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di asia bagian barat dan timur mungkin di sebabkan oleh kegiatan kerajaan islam di bawah bani umayyah di bagian barat dan kerajaan china zaman di nasti thang di asia bagian timur serta kerajaan sriwijaya di asia tenggara. Akan tetapi, menurut taufik abdullah, belum ada bukti bahwa di bumi indonesia di tempat-tempat yang di singgahi oleh para pedagang muslimitu yang beragama islam. Adanya koloni itu, di duga sejauh yang bs di pertanggung jawabkan, ialah para pedagang arab tersebut hanya berdiam untuk menunggu musim yang baik bagi pelayaran.[5]

Baru pada zaman-zaman berikutnya penduduk kepulauan ini masuk islam, tentu bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang abad ke-13M, masyarakat muslim sudah ada di samudera pasai, perlak dan palembang di sumatera. Di jawa makam fatimah binti maimun di leran (Gresik) yang berangkat tahun 475H (1082M), dan makam-makam islam di tralaya yang berasal dari abad ke-13 merupakan bukti berkembangnya komunity isalm, termasuk di pusat kekuasaan hindu-java ketika itu, majapahit. Namun, sumber sejarah yang sahih yang memberikan kesaksian sejarah yang dapat di pertanggung jawabkan tentang berkembangnya masyarakat islam di indonesia,baek berupa prasati dan historiografi tradisional maupun berita asing, baru terdapat ketika "komunity islam" berubah menjadi pusat kekuasaan.[6]

Sampai berdirinya kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di indonesia dapat dibagi menjadi 3 fase.

1.      Singgahnya pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan nusantara. Sumbernya adalah berita luar negri, terutama cina.

2.      Adanya komunitas-komunitas islam di beberapa daerah kepulauan indonesi. Sumbernya, disamping berita-berita asing, juga makam-makam islam, dan

3.      Bardirinya kerajaan-kerajaan islam.[7]

Cikal bakal kekuasaan islam telah ditintis pada periode abad 1-5 hijriah atau 7-8 masehi, tetapi semuanya tenggelamdalam hegemonimaritim sriwijaya berpusat di palembang dan kerajaan hindu-jawa seperti singasari dan majapahit di jawa timur. Pada periode ini para pedagang muballig muslim membentuk komunitas-komunitas islam. Mereka memperkenalkan islam yang mengajarka toleransi dan persamaan derajad diantara sesama, sementara ajaran hindu-jawa menekankan perbedaan derajad manusia. Ajaran islam itu sangat menarik perhatian  penduduk setempat. Karna itu islam tersebar di kepulauan indonesia terhitung cepat, meski dengan damai.

Masuk islam kedaerah-daerah indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi islamjuga berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10M, kerajaan sriwijaya meluaskan kekuasaan nya ke daerah semenanjung malaka sampai kedah. Hal itu erat hubungan nya dengan usaha penguasaan selat malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional. Datang nya orang-orang muslim di daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karna mereka datang memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam bidang politik baru terlihat pada abad ke-9M, ketika mereka terlibat dengan pemberontak petani-petani china terhadap kekuasaan tang pada masa pemerintahan hi-tesung (878-889M) akibat pemberontakan itu kaum muslimin banyak yang dibunuh dan sebangian lainnya lari ke-kedah, wilayah yang masuk kekuasaan kesriwijayaFC, bahkan ada yang ke palembang dan membuat perkampungan muslim disini.[8] Kerasaan sriwijaya pada saat itumemang melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasaan nya kemajuan ekonomi politik sriwijaya berlangsung sampai ke-12M. Pada abad ke-12M, krajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dangang yang singgah ke pelabuhan-plabuhan nya. Akan tetapi, usaha itu tidak menguntungkan bagi kerajaan, bahkan justru sebaliknya karna kapal-kapal dagang asing serinkali menyingkir[9]. Kemunduran ekonomi ini membuat dampak terhadap perkembangan politik.

Kemunduran politik dan ekonomi sriwijaya dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan singasari yang sedang bangkit di jawa. Kerajaan jawa ini melakukan ekspedisi pamalayu tahun 1275M dan berhasil mengalahkan kerajaan-keraajn melayu di sumatra. Keadaan itu mendorong daerah-daerah di selat malaka yang dikuasai kerajaan sriwijaya untuk melepaskan diri dari kerajaan tersebut.

Kelemahan sriwijaya dimanfaatkan oleh pedagang-pedangan muslim untuk memdapatkan keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul, dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan yang bercorok islam, yaitu kerajaan samudra pasai di pesisir timur laut aceh[10]. Daerah ini sudah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8M. Proses islamisasi tentu berjalan disana sejak abad tersebut. Kerajaan samudra pasai dengan segera berkembang baik dalam bidang politik dan perdagangan.

Karna kekacauaan-kekacauan dalam negri sendiri akibat perebutan kekuasaan di istana, kerajaan singasari juga pelanjudnya, majapahit, tidak mampu mengontrol daerah melayu dan selat malaka dengan baik, sehingga kerajaan samudra pasai dan malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kekuasaan nya hingga abad ke-16M.[11]

Di kerajaan majapahit ketika hayanmwuruk dengan patih gajahmada masih berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah di kepualauan nusantara mengakui berada dibawah perlindungan nya. Tetapi sejak gajahmada meninggal dunia (1364 M) dan di susul hayamwuruk (1389 M), situasi majapahit mengalami keguncangan. Perebutan kekuasaan antara wikrama whardana dan bhre wirabumi berlangsung lebih 10 tahun. Setelah bhre wirabumi meninggal, perebtan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun 1468 M, majapahit diserang girindra wardana dari kediri. Sejak itu, kebesaran majapahit dapat dikatakan sudah habis. Thome pires (1512-1515 M), dalam tulisan nya sumaoriental, tidak lagi menyebut nama majapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama makin muncak akhirnya menimbulkan keruntuhan nya.[12]

Seperti disebutkan di atas, menjelang abad ke-13 M, dipesisir aceh sudah ada pemukiman muslim dari arab, persia dan india. Memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karna itu, diperkirakan, proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian dapat dipahami mengapa kerajaan islam pertama di kepulauan nusantara ini berdiri di aceh, yaitu samudra pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke-13 M. Setelah kerajaan islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim dimalaka makin lama makin meluas pada awal abad ke-15 M, didaerah ini lahir kerajaan islam, yang merupakan kerajaan isla kedua di asia tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambil alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan samudra pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan mslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan ya sriwijaya.

Setelah malaka jatuh ke tangan portugis (1511 M), matarantai beralih ke aceh, kerajaan islam yang melanjutkan kejayaan islam samudra pasai[13]. Dari sini, proses islamisasi di kepulauan di nusantaraberlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan portugis yang menguasai malaka, untuk sementara kapal-kapal memilih berlayar menelusuri pantai barat sumatra. Aceh kemudian berusahamelebarkan kekuasaan nya keselatan sampai ke pariaman dan tiku. Dari pantai sumatra kapal-kapal memasuki selat sunda melalui pantai utara jawa.

Berdasarkan berita thome pires (1512-1515 M), suma oriental nya dapat diketahui bahwa didaerah-daerah  bagian pesisir sumatra utara dan timur selat malaka yaitu dari aceh sampai palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan islam. Akan tetapi, menurut berita itu, daerah-daerah yang belum islam juga masih banyak yaitu palembang dan daerah-daerah pedalaman aceh, sumatra barat, terutama sejak aceh melakukan ekspansi politik nya pada abad ke-16 dan ke-17 M.

Sementara itu, dijawa, proses islamisasi sudah berlangsung, sejak abad ke-11 M meskipun belum meluas terbukti dengan ditemukan nya makam  fatimah biti maimun di leran gersik yang berangka tahun 475 H (1082 M)[14]. Berita tentang islam dijawa pada abad ke-11 dan 12 M memang masih sangat langka. Akan tetapi, sejak akhir abad ke-13 M dan abad-abad berikut nya terutama ketika majapahit mencapai puncak kebesaran nya, bukti-bukti adanya proses islamisasi sudah banyak, dengan ditemukannya beberapa puluh nisan kubur di troloyo, trowulan dan gersik. Bahkan, menurut berita ma-huan tahun 1416 M, dipusat majapahit maupun di pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses islamisasi dan sudah pula tebentuk masyarakat muslim[15].

Pertumbuhan masyarakat islam di sekitar majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan di jawa erat huubungan nya dan perdagangan yang dilakukan orang orang islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi politik di samudra pasai, malak dan aceh.

Thome pires juga menyebutka bahwa dijawa sudah ada kerajaan yang bercorak islam, yaitu demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir utara jawa timur, jawa tengah dan jawa barat, disamping masih ada kerajaan yang bercorak hindu[16].

Dilihat makam-makam muslim yang terdapat di situs-situs majapahit, diketahui bahwa islam sudah hadir di ibukota majapahit sejak kerajaan itu mencapai kejayaan nya[17]. Meskipun demikian lazim dianggap bahwa islam di jawa pada mulanya menyebar selama periode merosod nya kerajaan hindu buda. Islam menyebar di pesisir pulau jawa melalui perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak belakangan, menyebar ke pedalaman pulau itu.[18] Thome pires menggambarkan tentang bagaimana wilayah-wilayah pesisir jawa berada di bawah pengaruh muslim: pada waktu terdapat banyak orang kafir di sepanjang pesisir jawa, banyak pedagang yang biasa datang: orang persia, arab, gujarat, bengali, melayu dan bangsa-bangsa lain. Mereka mulai berdagang di negri itu dan berkembang menjadi kaya. Mereka berhasilmendirikan masjid-masjid dan mula-mula datang dari luar. Oleh karna itu, mereka datang dalam jumlah yang terus meningkat. Anak-anak orangkaya muslim sudah menjadi orang jawa dan kaya, karna mereka telah menetap di daerah ini sekitar 70 tahun. Di beberapa tempat, raja-raja jawa yang kafir menjadi muslim, sementara para mulah dan para pedagang muslim mendapat posisi disana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng sekitar tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil masyarakat pribuminya, yang berlayar di kapal-kapal mereka. Mereka membunuh raja-raja jawa serta menjadikan diri mereka emnjadi raja. Dengan cara ini, mereka menjadikan diri mereka sebagai tuan-tuan di pesisir itu serta mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di jawa[19].

Perkembangan islam di pulau jawa bersamaan waktunya dengan melemah nya posisi raja majapahit. Hal itu memberi peluang pada raja-raja islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan spiritual sunan kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali songo, demak akhirnya berhasil menggantikan majapahit sebagai keraton pusat[20].

Pengaruh islam masuk ke indonesia bagian timur, khususnya daerah maluku, idak dapat dipisah kan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusar lalulintas pelayaran internasional di malaka, jawa, dan maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14 M, islam datang ke daerah maluku. Raja ternate yang ke-12, molomatea (1350-1357 M), bersahabat karib dengan orang arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam keperayaan[21]. Hal ini menunjukkan bahwa di ternate sudah ada masyarakat islam sebelum rajanya masuk islam. Demikian juga di banda, hitu, makyan, dan bacan. Menurut thome pires, orang masuk islam di maluku kira-kira tahun 1460-1465 M. Hal itu sejalan dengan berita antonio galvao[22]. Orang-orang islam datang ke maluku tidak menghadapi kerajaan yang mengalami perpecahan sebagai mana halnya dijawa. Mereka datang dan menyebarkan agama islam melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

Kalimantan timur pertama kali di islamkan oleh datuk ribandangdan tunggang parangan. Kedua muballig itu datang ke kutai setelah orang-oarang makasar masuk islam. Proses islamisasi di kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575.

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim, mungkin dari malaka, jawa dan sumatra. Pada awal abad ke-16 di sulawesi banyak sekali kerajaan yang beragama berhala. Akan tetapi, pada abad ke-16 itu di daerag goa, sebuah kerajaan didaerah itu, telah terdapat masyarakat muslim. Di goa dan talo raja-rajanya masuk islamsecara resmi pada tanggal 22 september 1605 M.

Proses islamisasi pada taraf pertama di kerajaan goa dilakukan dengan damai, oleh datok ribandang dan datok sulaiman. Keduanya memberikan ajaran-ajaran islam pada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi memeluk agama islam goa melancarkan perang pada soppeng, wajo dan terakhir bone. Kerajaan-kerajaan tersebut masuk islam, wajo, 10 mei 1610 M, dan bone, 23 november 1611 M. Proses islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam, tetapi terus berlangsung intensif dengan beberapa cara dan saluran[23].