Sabtu, 09 Maret 2013

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA DAN PENGADILAN AGAMA JOMBANG TENTANG PEMBAGIAN WARIS DARI SUAMI YANG BERPOLIGAMI

Skripsi  ini  adalah  hasil  penelitian  lapangan.  Dalam  penelitian  ini  ada  tiga pokok  permasalahan  yang  di  teliti,  bagaimana  putusan  hakim  Pengadilan  Agama Jombang   dan   dasar   pertimbangannya   dalam   membagi   waris   dari suami   yang Berkaitan  dengan hal   tersebut,   data   dalam   penelitian   ini   dihimpun   dari berkas-berkas   perkara   dan   wawancara   dengan   hakim  PA  Jombang  dan  PTA surabaya,   yang   selanjutnya   di   analisis   menggunakan   tehnik   deskriptif   analisis, verifikatif.
Putusan PA Jombang dalam menyelesaikan  perkara   No.628/Pdt.G/2006/PA/Jbg.  adalah menetapkan bahwa pewaris Sirin bin Rawit telah meninggalkan  ahli  waris  yang  sah,  Yaitu  Satijah  bin Seran  dan  Suyanto  bin Sirin. Tentang  besar  pembagian  masing-masing  ahli  waris  menurut  hukum  Islam  yaitu bagian  istri  seperdelapan  sedang  anak  pewaris  mendapat  sisanya  atau  menghabisi semua  harta  peninggalan,    hal  ini sesuai  dengan  pasal  174  ayat  2  dan  pasal  180 kompilasi hukum islam.
Putusan  PTA  surabaya   menyelesaikan  pembagian  waris  dari  suami  yang berpoligami   No  :  149/Pdt.G/2007/PTA.Sby.   adalah  berdasarkan   fakta-fakta  yang ditemukan    dalam    pemeriksaan    persidangan    ha kim    tingkat    pertama    dengan penentuan  siapa  yang  menjadi  ahli  waris  dari  almarhum  Sirin  bin  Rawit,  ternyata hakim  tingkat  pertama  telah  salah  dalam  dalam  menetukan  ahli  waris  almarhum Sirin  bin  Rawit,  sebab  Sirin  bin  Rawit  meninggal  pada  tahun  1984  sedangkan Ngateni   binti   Paeran   meninggal   pada   tahun   2002,   oleh   sebab   itu  Pengadilan Tinggi  Agama  Surabaya  berpedapat  bahwa  ahli  waris  almarhum  Sirin  bin  Rawit adalah  :  Satijah  binti  Seran,  Ngateni  binti  Paeran,  dan  Suyanto  bin  Sirin,  hal  ini sesuai  ketentuan  ayat  11  dan  12  surat  an-nisa’  dan  pasal  174  kompilasi  hukum Islam.