Jumat, 28 Desember 2012

HUBUNGAN ABSES DENGAN DEMAM SEBAGAI GEJALA INFEKSI ODONTOGENIK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Manusia biasanya hidup berdampingan secara mutualistik dengan mikrobiota rongga mulut. Gigi dan mukosa yang utuh merupakan pertahanan pertama yang hampir tidak tertembus apabila sistem kekebalan hospes dan pertahanan seluler berfungsi dengan baik. Apabila sifat mikroflora berubah, baik kualitas maupun  kuantitasnya; apabila mukosa mulut dan pulpa gigi terpenetrasi; apabila sistem kekebalan dan pertahanan selular terganggu; atau kombinasi dari hal-hal tersebut diatas, maka infeksi dapat terjadi.1
Sejak zaman purbakala infeksi odontogenik termasuk salah satu penyakit yang paling sering menyerang manusia. Hingga saat ini terutama di negara berkembang, infeksi odontogenik masih tetap merupakan penyakit yang banya dijumpai pada praktik dokter gigi.2
Peradangan merupakan respon tubuh terhadap cedera selular. Reaksi inflamasi lokal ditandai dengan peningkatan aliran darah awal ke lokasi cedera, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, dan akumulasi selektif sel efektor yang berbeda dari darah perifer ke daerah luka.3 Cedera sel dapat terjadi karena trauma, kerusakan genetik, agen fisik dan kimia, nekrosis jaringan, agen tubuh asing, reaksi imun dan infeksi.4

Infeksi bisa bersifat akut atau kronis dan bersifat subyektif. Suatu kondisi akut biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa sakit yang hebat dengan manifestasi sistemik yaitu malaise dan demam yang berkepanjangan. Bentuk kronis bisa berkembang dari penyembuhan sebagian keadaan akut, serangan yang lemah atau pertahanan yang kuat. Infeksi-infeksi kronis sering ditandai dengan ketidaknyamanan dalam berbagai tingkatan dan bukannya rasa sakit, serta reaksi ringan dari jaringan sekitarnya.1
Pada keadaan infeksi, dapat juga terjadi bakteremia. Bakteremia terjadi karena masuknya bateri ke dalam peredaran darah melalui akses seperti infeksi odontogenik (abses, selulitis, dll). Hal ini disebabkan permeabilitas dari epitel sekitar jaringan gigi dan wajah dan tingkat prostaglandin dalam sirkulasi lokal, yang meningkatkan jumlah leukosit dan tingkat fibrinogen, memperlambat sirkulasi dan mendukung bagian bakteri ke dalam darah.5
Infeksi odontogenik adalah salah satu infeksi yang paling umum dari rongga mulut. Dapat disebabkan oleh karies gigi. Dalam semua kasus infeksi tersebut berasal dari mikroba mulut. Tergantung pada jenis, jumlah dan virulensi dari mikroorganisme yang dapat menyebar ke jaringan lunak, keras dan sekitarnya.6 Infeksi odontogenik selalu berasal dari berbagai macam mikroba seperti bakteri aerob dan anaerob fakultatif.7
Adapun gejala yang ditimbulkan dari infeksi yaitu berupa gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti rubor, kalor, tumor, dolor, dan perubahan fungsi. Adapun gejala sistemiknya seperti demam, malaise, hipotensi, takhikardi, takhipnea, limpadenopati, dan perubahan laju endap darah.1
Demam merupakan gejala yang paling utama dari infeksi/keradangan. keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh endotoksin bakteri, ekstrak leukositik, hipermetabolisme, defisiensi cairan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut.
Di Rumah sakit Wahidin Sudirohusodo khususnya di bagian Poli Gigi, terdapat beberapa kasus Abses odontogenik dalam interval waktu Januari – November 2011, terdapat kurang lebih 60 kasus abses. (data Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo)
Berawal dari uraian latar belakang diatas, sebagai penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan tertarik memilih judul yaitu :  “Hubungan Abses dengan demam sebagai gejala infeksi odontogenik”

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.         Apakah pasien yang datang dalam keadaan abses pasti disertai demam ?
2.         Berapa suhu tubuh rata-rata pada pasien abses ?

1.3  Hipotesis
Ada Hubungan antara Abses dengan Demam sebagai Gejala Infeksi Odontogenik.




1.4   Tujuan penelitian
1.        Untuk mengetahui pasien  yang datang dalam keadaan abses, disertai demam atau tidak
2.        Untuk mengetahui suhu tubuh rata-rata pada pasien abses.

1.5  Manfaat Penelitian
1.        Manfaat aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau informasi yang bermanfaat bagi dokter dalam mengetahui bagaimana gejala infeksi agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat.
2.        Manfaat keilmuan
Manfaat keilmuan diharapkan dari hasil penelitian ini terutama menambah khazanah pengembangan ilmu pengetahuan terapan khususnya dalam hal mengetahui hubungan Abses dengan demam, serta apakah setiap pasien yang datang dengan keluhan abses pasti disertai demam.
3.        Manfaat metodologi
Manfaat metodologi diharapkan dari hasil penelitian ini terutama sebagai bahan referensi bagi akademisi atau calon peneliti lainnya dalam melakukan pengkajian serupa.

4.      Manfaat bagi penulis
Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai Hubungan Abses dengan Demam sebagai Gejala Infeksi Odontogenik.